Powered By Blogger

Kamis, 31 Desember 2009

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR KIMIA MELALUI PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT DI KELAS XII IPA-1 SMA NEGERI 1 MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR

Amat Aswandi

SMA NEGERI 1 MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR

Jalan Pasir Kaliki Desa Sukamaju Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor

E-mail:sman1_megamendung@yahoo.com, telp (0251) 8248813

E-mail :aswandiamat@gmail.com. hp 081310379063

Abstrak

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas bermaksud menemukan solusi agar siswa memiliki motivasi belajar kimia, serta bertujuan untuk menguji pemanfaatan media pembelajaran berbasis ICT guna meningkatkan motivasi siswa belajar kimia. Dalam setiap pelaksanaan pembelajaran selalu memanfaatkan media berbasis ICT. Alat ukur tingkat motivasi/antusiasme siswa digunakan metode angket option tertutup yang dilakukan pada setiap akhir siklus. Dari hasil angket yang dilakukan setiap akhir siklus ternyata diperoleh hasil yang sangat baik, pada siklus pertama 97% siswa menyatakan senang pembelajaran kimia dengan bantuan media berbasis ICT, sedangkan siklus II dan siklus III mencapai 100%.Tentang pernyataan dengan bantuan media berbasis ICT pelajaran kimia menjadi lebih menarik berturut-turut diperoleh 69.05%, 90.47% dan 95.23%. Sedangkan siswa yang menyatakan termotivasi berturut-turut diperoleh 76.19%, 88.10% dan 92.86%. Di sisi lain terjadi penurunan pada tingkat kesulitan siswa yaitu 26.19% , 19.05% dan 16.67%.

Kata kunci: motivasi, ICT, kreatif

PENDAHULUAN

Motivasi dalam bahasa Inggris motive yang bisa diartikan sebagai menggerakkan atau membuat alasan. Menggerakkan rasa, jiwa atau hasrat untuk melakukan sesuatu. Orang melakukan suatu aktivitas karena adanya dorongan rasa, jiwa atau hasrat untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk memenuhi apa yang dibutuhkan, manusia selanjutnya akan membuat alasan atau mencari alasan, yang penting kebutuhannya terpenuhi.

Kata motivasi juga digunakan untuk mendeskripsikan suatu dorongan, kebutuhan atau keinginan untuk melakukan sesuatu. Orang dapat termotivasi makan apabila sedang lapar, termotivasi minum apabila haus, termotivasi istirahat apabila lelah dan seterusnya. Motivasi yang ada pada diri orang tersebut bersifat kondisional alami, yaitu motivasi yang dialami oleh semua manusia karena keadaan (kondisi) tubuh memerlukan semua itu. Tidak ada manusia yang tidak mengalami kondisi-kondisi tersebut.

Motivasi dapat juga diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat antusiasme dalam melaksanakan suatu kegiatan. Orang mermpunyai motivasi tinggi dapat dilihat dari tingkat antusias orang tersebut melakukan kegiatan. Dengan kata lain orang yang beraktivitas dengan penuh semangat, berarti tingkat antusiasnya tinggi menandakan di dalam jiwanya tertanam motivasi yang tinggi.

Motivasi dikelompokkan menjadi dua, yaitu motivasi intrinsic (motivasi dari dalam) dan motivasi ekstrinsik (motivasi yang munculnya dari faktor luar). Motivasi intrinsic, merupakan motivasi yang sudah tertanam dalam diri suatu individu tanpa ada pengaruh dari luar. Sedangkan motivasi ekstrinsik, merupakan motivasi yang tumbuh dalam diri suatu individu karena factor atau pengaruh-pengaruh dari luar.

Motivasi belajar bisa diartikan sebagai dorongan secara psikologis (atau hasrat) pada diri siswa untuk melakukan suatu aktivitas belajar. Seorang siswa jika di dalam dirinya tidak ada motivasi (motivasi intrinsic) maka siswa tersebut tidak akan mau belajar mandiri. Pada siswa yang demikian perlu adanya dorongan-dorongan dari luar (motivasi ekstrinsik) sehingga anak tersebut mau melakukan kegiatan belajar. Tanpa adanya motivasi ekstrinsik, mungkin siswa akan lupa kewajibannya sebagai seorang siswa yaitu belajar.

Bagi siswa yang sudah memiliki motivasi intrinsic, tidak memerlukan dorongan atau pancingan agar ia selalu belajar. Tetapi dengan penuh kesadaran dirinya akan melakukannya. Karena di dalam dirinya sudah tertanam bahwa belajar sebagai suatu kebutuhan. Sebagaimana kebutuhan makan, jika seseorang tidak makan, maka ia akan kelaparan. Jadi aktivitas belajar dirasakannya sebagai sebagai suatu keharusan.

Suatu kenyataan sebagian besar siswa tidak memiliki motivasi (intrinsik) yang kuat sehingga perlu stimulus (rangsangan) agar siswa mau belajar dengan sepenuh hati dan penuh semangat. Di dalam motivasi belajar ini siswa diharapkan timbulnya kesadaran pentingnya belajar, adanya keinginan untuk berprestasi, adanya dorongan ingin tahu, tanpa semunya itu maka cita-cita yang digantungkannya tidak akan tercapai. Apabila siswa menyadari semua itu, niscaya ia senantiasa akan belajar dengan penuh tanggung jawab dan penuh kegembiraan (suka). Bila seorang guru mampu menumbuhkan poin-poin itu, artinya seorang guru telah menumbuhkan minat belajar pada siswa.

Siswa tidak memiliki antusias terhadap suatu pelajaran bukan semata-mata karena ia malas. Banyak faktor penyebab siswa tidak antusias mengikuti pelajaran yang sedini mungkin harus disadari oleh guru. Hasil wawancara dengan beberapa siswa jurusan program IPA di SMA Negeri 1 Megamendung menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kurang berminat dengan pelajaran kimia dibandingkan pelajaran IPA yang lain. Alasan mereka: pelajaran kimia sulit, susah dipahami, tidak menarik, teoritis, tidak pernah praktek/percobaan dan lain sebagainya. Di sisi lain di antaranya; penampilan guru kurang menarik, metode pembelajaran monoton, alat peraga / alat praktikum sekolah tidak memadahi, pemanfaatan media sangat minim dan sebagainya.

Metode pembelajaran yang tidak pernah berganti dari waktu ke waktu, dari tahun ke tahun atau penggunaan media pembelajaran yang sudah usang, juga bisa menjadi penyebab siswa tidak antusias mengikuti pelajaran. Sudah saatnya guru menggunakan berbagai macam media pembelajaran yang lebih variatif dan inovatif yang selaras dengan kemajuan teknologi.

Pelajaran kimia termasuk ilmu pasti, tetapi untuk memberikan pemahaman yang kuat kepada peserta didik agak sulit, karena ilmu kimia terkesan ilmu yang abstrak. Hal ini dikarenakan ranah pelajaran kimia adalah zat-zat yang renik, mikroskopis (sulit diamati tanpa alat) ataupun atomis (ukuran atom). Sehingga dalam penyampaian materi, kegiatan belajar mengajar, guru lebih banyak teoritis. Maka wajar jika peserta didik mengatakan pelajaran kimia sangat teoritis.

Sebagian besar siswa sangat menginginkan dalam pelajaran kimia sering melakukan kegiatan praktikum. Dalam kenyataan bahwa pemerintah membangun unit sekolah (SMA) tidak segera dilengkapi dengan perangkat praktikum IPA (kimia, fisika, biologi). Sehingga harapan siswa tersebut sulit terwujud, akibatnya pembelajaran kimia kembali ke ceramah dan teoritis.

Tantangan bagi seorang guru (kimia) untuk mampu mengaktualisasikan proses-proses kimia, ataupun zat-zat kimia yang mikroskopis tersebut menjadi sesuatu yang nyata sehingga mudah di pahami oleh siswa. Penggunaan media pembelajaran yang konvensional seperti papan tulis, charta, table periodic unsur-unsur dan gambar poster sudah kurang relevan di era teknologi sekarang ini. Jika guru mau lebih kreatif mencari media-media pembelajaran, saat ini sudah banyak program elektronik (animasi) yang bisa kita temukan, sehingga tabel periodik unsur, misalnya dapat ditampilkan lebih menarik. Proses terjadinya ikatan kimia, proses reaksi kimia yang terlalu cepat atau terlalu lambat bisa disesuiakan kebutuhan, peristiwa pelarutan zat dapat ditampilkan dalam bentuk animasi yang lebih jelas prosesnya..

Secara harfiah media diartikan “perantara” atau “pengantar”. AECT yaitu segala bentuk yang digunakan untuk proses penyaluran informasi. Robert Hanick dan kawan-kawan (1986) dalam Fatah Syukur (2008:118) mendefinisikan media adalah sesuatu yang membawa informasi antara sumber (source) dan penerima (receiver) informasi. Kemp dan Dayton dalam Fatah Syukur (2008:119) mengemukakan peran media dalam proses komunikasi sebagai alat pengirim (transfer) yang mentransmisikan pesan dari pengirim (sender) kepada penerima pesan atau informasi (receiver). Sedangkan Oemar Hamalik mendefinisikan media sebagai teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi antara guru dan murid dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.

Dari beberapa definisi di atas tampak jelas peran media pembelajaran merupakan sebagai perantara atau alat untuk memudahkan proses belajar mengajar agar tercapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

Berkaitan dengan efisien dan efektifitas penggunaan media pembelajaran tersebut, maka penggunaan media pembelajaran seperti papan tulis, charta, table periodic unsur-unsur dan gambar poster sudah kurang relevan. Artinya guru diharapkan mampu memanfaatkan media pembelajaran yang lebih modern, mangkus (canggih) yang relevan dengan era saat ini. Misalnya dengan memanfaatkan media pembelajaran berbasis ICT (information and communication technology).

Dalam Wikipedia, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)- atau teknologi (ICT) merupakan istilah umum yang mencakup semua teknologi untuk manipulasi informasi dan komunikasi. Istilah ini kadang-kadang digunakan dalam preferensi untuk Teknologi Informasi (TI) / Information Technology (IT), khususnya di dua masyarakat: pendidikan dan pemerintah. Dalam penggunaan umum adalah sering diasumsikan ICT ini identik dengan IT; ICT sebenarnya meliputi segala media untuk merekam informasi (magnetis disk / tape, optical disk (CD / DVD), flash memori dll dan mungkin juga kertas catatan).

Media pembelajaran berbasis ICT jelas mempunyai keunggulan-keunggulan yakni memberikan pengalaman visual pada anak dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep yang komplek dan abstrak menjadi lebih sederhana, kongkret, dan mudah dipahami.

Secara umum keunggulan penggunaan media pembelajaran berbasis ICT dibandingkan media pembelajaran yang lain dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan memudahkan pengajaran bagi guru

2. Memberikan pengalaman lebih nyata (abstrak menjadi kongkret)

3. Menarik perhatian siswa lebih besar (kegiatan tidak membosankan)

4. Semua indera murid dapat diaktifkan

5. Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar

6. Dapat membangkitkan dunia teori dengan realitanya

7. Proses yang berlangsung cepat bisa diperlambat atau sebaliknya

8. Benda yang terlalu kecil bisa diperjelas dengan pembesaran

Berdasarkan uraian di atas, patut diduga dengan memanfaatkan media pembelajaran berbasis ICT dapat meningkatkan motivasi belajar khususnya belajar kimia. Untuk itu peneliti ingin mengkaji pemanfaatan media pembelajaran berbasis ICT agar dapat meningkatkan motivasi belajar kimia pada siswa kelas XII IPA-1 di SMA Negeri 1 Megamendung Kabupaten Bogor.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut “ Apakah melalui pemanfaatan media pembelajaran berbasis ICT dapat meningkatkan motivasi belajar kimia pada siswa kelas XII IPA-1 di SMA Negeri 1 Megamendung Kabupaten Bogor?”

Peneltian ini bermaksud menemukan solusi agar siswa memiliki motivasi belajar kimia dan bertujuan untuk menguji pemanfaatan media pembelajaran elektronik, guna meningkatkan motivasi belajar kimia pada siswa

KAJIAN TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESA TINDAKAN

1. Pengertian Motivasi

Motivasi berpangkal dari kata motif atau motive yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Menggerakkan rasa, jiwa atau hasrat untuk melakukan sesuatu. Orang melakukan suatu aktivitas karena adanya dorongan rasa, jiwa atau hasrat untuk memenuhi kebutuhannya. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan).

Motivasi erat kaitannya dengan dorongan, perhatian, kecemasan, dan umpan balik/penguatan (Mark K.Smith,2009:19). Misalnya, seseorang harus cukup dimotivasi untuk memerhatikan diri ketika pembelajaran berlangsung; kecemasan bisa menurunkan motivasi kita untuk belajar. Menurut Malone (1981) dalam Mark K.Smith,2009:21 dalam suatu presentasinya berargumen bahwa motivasi intrinsic diciptakan oleh tiga sifat: tantangan, fantasi, dan rasa ingin tahu. Adapun menurut Mc. Donald (http://www.sobrycenter.com/sobry/artikel), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi, yakni motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan.

Dari pengertian tersebut di atas, motivasi mengandung beberapa aspek; minat, kesadaran, semangat, keinginan, cita-cita, kesukaan, kebutuhan untuk berprestasi, dan dorongan ingin tahu Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.

Motivasi ada dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ektrinsik.

a. Motivasi Intrinsik.

Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Bisa dikatakan motivasi intrinsik merupakan bawaan manusia sejak lahir atau sebagai fithrah.

b. Motivasi Ekstrinsik.

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar. Motivasi ini muncul setelah individu bersangkutan berinteraksi dengan berbagai macam kondisi lingkungan.

Dalam makalahnya tentang “Motivasi Belajar Dan Upaya Peningkatannya” Dita Oktarianti (http://oktariantiyahoo.blogspot.com) mengelompokan motivasi menjadi dua berdasarkan kebutuhan dasar yaitu, motivasi primer dan motivasi sekunder.

a. Motivasi primer adalah motivasi yang di dasarkan pada motif-motif dasar, motif-motif dasar ini umumnya berasal dari segi biologis dan jasmani manusia. Manusia adalah makhluk berjasmani, sehingga perilakunya terpengaruh oleh insting atau kebutuhan jasmaninya

b. Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Berbeda dengan motivasi primer, motivasi ini muncul setelah manusia berinteraksi dengan lingkungannya

Thomas dan ZnanifkiI menggolngkan motivasi sekunder menjadi keinginan-keinginan, yaitu keinginan memperoleh pengalaman baru, mendapatkan respon, memperoleh pengakuan, dan keinginan memperoleh rasa aman. MC. Lelan dalam Dimyati & Mudjiono (2006:82) menggolongkan motivasi sekunder menjadi kebutuhan-kebutuhan , yaitu kebutuhan berprestasi, memperoleh kasih sayang, dan memperoleh kekuasaan.

Dalam teori Higiene-Motivator, Herzberg menyatakan bahwa ternyata yang mengarahkan perilaku kita bukan hanya motivasi intrinsik (motivasi diri/motivator), tapi juga motivasi ekstrinsik (higiene). Motivasi intrinsik berasal dari dalam diri sendiri seperti tantangan, rasa berprestasi, keyakinan, keimanan, rasa tanggung jawab, minat aktualisasi diri dan lain-lain. Sedangkan motivasi ekstrinsik bersumber dari kondisi di luar individu seperti upah, jaminan kerja, status, pergaulan, hubungan atasan dan bawahan, uang dan sebagainya.

.

2. Teori-Teori Motivasi

a. Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan )

(http://akhmadsudrajat.wordpress.com)

Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “ Teori Harapan ”. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya.

b. Teori Herzberg, motivasional- hygiene, (Teori Dua Faktor)

Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.

c. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)

Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.

.

d. Teori Analisis Transaksional Eric Berne (Manusia Bermental Transaksi)

Teori ini menyatakan bahwa salah satu motivator paling mendasar dan paling kuat bagi manusia adalah dihargai secara positif; menerima pengakuan pribadi dari orang lain. Seseorang membutuhkan "rangsangan" dari orang lain agar merasa puas secara emosional dan psikologis. Jika rangsangan positif tidak diberikan, mereka yang haus akan rangsangan ini akan semakin sulit diatur dan mengganggu hanya untuk mencari perhatian. Bahkan rangsangan negatif lebih baik dari pada diabaikan atau tidak menerima rangsangan sama sekali.

3. Media Pembelajaran Berbasis ICT

Media menurut kamus bahasa Indonesia ( 1997:431) berarti alat-alat (sarana) komunikasi. Terjemahan secara bebas berarti segala sesuatu yang digunakan untuk membantu mempermudah penyampaian pesan dari sumber (pemberi pesan) kepada penerima. Sedangkan dalam Wikipedia (www.wikipedia.com), Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau teknologi (ICT) merupakan istilah umum yang mencakup semua teknologi untuk manipulasi informasi dan komunikasi dimana di dalamnya meliputi alat-alat seperti computer/laptop, LCD proyektor, VCD/DVD maupun alat rekam lainnya. Sehingga yang dimaksud media pembelajaran berbasis ICT merupakan alat-alat (sarana) pembelajaran yang telah menggunakan alat-alat tersebut di atas.

Penggunaan media pembelajaran yang berbasis TIK merupakan hal yang tidak mudah. Dalam menggunakan media tersebut harus memperhatikan beberapa teknik agar media yang dipergunakan itu dapat dimanfaatkan dengan maksimal dan tidak menyimpang dari tujuan media tersebut, Dalam hal ini media yang digunakan adalah Komputer dan LCD Proyektor. Arief S. Sadiman (1996:83) dalam artikel di (http://ictcommunity.multiply.com) mengatakan bahwa :ditinjau dari kesiapan pengadaannya, media dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu media jadi karena merupakan komoditi perdagangan yang terdapat di pasaran luas dalam keadaan siap pakai (media by utilization) dan media rancangan yang perlu dirancang dan dipersiapkan secara khusus untuk maksud dan tujuan pembelajaran tertentu.

Potensi media komputer dengan internet dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran serta mampu meningkatkan minat belajar siswa. Pemanfaatan potensi tersebut dewasa ini dimanfaatkan sebagai media pembelajaran berbasis multi media yang dikenal dengan istilah e-learning (Electronic learning). E-learning merupakan proses kegiatan belajar mengajar tanpa menghadirkan seorang guru, karena semua materi ajar dan kebutuhan belajar siswa sudah terprogram dalam suatu jaringan komputer yang dapat diakses oleh siswa melalui internet.

KERANGKA BERPIKIR

Belajar diartikan terjadinya perubahan tingkah laku pada suatu individu setelah menerima respon dari lingkungannya. Perubahan yang terjadi bisa bersifat permanen maupun temporer (sementara), bahkan perubahan tersebut dapat bersifat positif maupun negative. Berkaitan dengan kualitas kehidupan manusia tentunya yang diharapkan adalah perubahan kearah yang positif (lebih baik) dan bersifat permanen. Guru sebagai agen perubahan memegang peranan sangat penting dalam proses pembentukan watak, karakter dan perkembangan jiwa peserta didik.

Perananan penting guru sebagai agen perubahan ini terkait dengan kualitas produknya, yaitu kualitas dari siswa-siswa yang diajarnya. Sebagaimana kita ketahui bahwa tingkat pendidikan telah digunakan sebagai acuan atau parameter kualitas ataupun kompetensi seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang dianggap telah memiliki ilmu, pengetahuan, pengalaman, wawasan, ketrampilan dan kompetensi yang lebih baik daripada orang lain. Kompetensi tersebut telah diuji dengan melalui beberapa tahapan yang terprogram yang merupakan ciri dari pendidikan formal.

Negara maju dicirikan dengan semakin tingginya tingkat pendidikan masyarakat atau bangsanya. Dengan kata lain suatu negara menjadi lebih maju dari negara lainnya karena masyarakatnya mampu menciptakan kemudahan-kemudahan dalam kehidupannya, khususnya bidang teknologi. Untuk mampu menciptakan teknologi jelas diperlukan ilmu pengetahuan (science) melalui proses pendidikan yang panjang dan terprogram, yaitu institusi sekolah.

Salah satu tugas guru adalah mengajar atau melakukan pembelajaran. Sebagai pembawa misi yang sangat penting, maka dalam kegiatan mengajar ini tidak dapat dilakukan sembarangan tetapi harus menggunakan teori-teori dan prinsip-prinsip belajar tertentu agar bisa bertindak secara tepat. Walaupun teori belajar tidak dapat diharapkan menentukan langkah demi langkah prosedur pembelajaran atau memberikan satu solusi tepat dalam pembelajaran, namun ia bisa memberi arah prioritas-prioritas dalam tindakan guru.

Dalam perencanaan pembelajaran, pengetahuan prinsip-prinsip dan teori-teori belajar dapat membantu guru dalam memilih tindakan yang tepat. Guru dapat terhindar dari tindakan-tindakan yang kelihatannya baik tetapi ternyata tidak berhasil meningkatkan prose belajar siswa. Selain itu dengan teori dan prinsip-prinsip belajar guru dapat memiliki dan mengembangkan sikap yang diperlukan untuk menunjang peningkatan belajar siswa, salah satunya pemilihan media pembelajaran.

Media pembelajaran berbasis ICT mempunyai kemampuan mempengaruhi siswa lebih baik daripada menggunakan jenis media yang lain. Misalnya, di saat media lain hanya mampu menampilkan visual saja atau audio saja, maka media berbasis ICT sudah mampu audio visual sekaligus didukung tampialan-tampilan lainnya yang lebih menarik. Secara umum keunggulan penggunaan media pembelajaran berbasis ICT dibandingkan media lain di antaranya

1. Objek yang kecil bisa diperjelas dengan pembesaran secara bertahap

2. Gerak yang terlalu cepat atau terlalu lambat dapat diatur sesuai kebutuhan

3. Kejadian/peristiwa yang terjadi beberapa masa lalu bisa ditampilkan ulang melalui film atau video

4. Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan memudahkan pengajaran bagi guru

5. Memberikan pengalaman lebih nyata (abstrak menjadi kongkret)

6. Menarik perhatian siswa lebih besar (kegiatan tidak membosankan)

7. Semua indera murid dapat diaktifkan

8. Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar

9. Dapat membandingkan dunia teori dengan realitanya

Bagi suatu sekolah yang memiliki kendala tentang peralatan praktikum yang tidak memadai atau mencukupi, seorang guru bisa membuat rekaman (video) praktikum yang selanjutnya dapat ditayangkan dengan bantuan laptop/komputer dan proyektor. Seperti yang dilakukan oleh peneliti, kebetulan di SMAN 1 Megamendung belum memiliki alat-alat praktikum IPA tetapi memiliki sarana LCD proyektor, maka salah satu kendala tersebut bisa diatasi.

Program aplikasi Power Point sebagai media pembelajaran sangat membantu guru menyampaikan materi pembelajarannya dan sangat menarik bagi siswa. Sesuai dengan fungsinya Power Point merupakan aplikasi untuk presentasi, di dalamnya terdapat fasilitas sisipan (insert) untuk menampilkan tabel (chart), gambar (picture), video, animasi dan berbagai sisipan lainnya.

HIPOTESIS TINDAKAN

Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir di atas patut diduga bahwa pemanfaatan media pembelajaran berbasis ICT dapat meningkatkan motivasi belajar kimia pada kelas XII IPA-1 di SMA Negeri 1 Megamendung Kabupaten Bogor.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan model siklus (putaran/spiral) menurut Kemmis dan Taggart. Dalam pelaksanaannya dengan sistem spiral melalui 4 (empat) tahap, dimulai dari perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observe) dan refleksi .

Dimulai dari siklus satu, siklus dua, dan seterusnya sampai diperoleh hasil sesuai yang diharapkan, di mana dalam setiap siklus meliputi 4 (empat) tahapan tersebut di atas.

Penelitian dilaksanakan mulai awal tahun pelajaran 2009/2010 yaitu pertengahan bulan Juli 2009 sampai pertengahan bulan September 2009 atau selama 2 bulan. Diharapkan dalam jangka waktu 2 bulan tersebut peneliti telah memperoleh hasil sesuai harapan, yaitu adanya peningkatan motivasi belajar kimia. Penelitian ini menggunakan sampel seluruh siswa kelas XII IPA-1 SMA Negeri 1 Megamendung tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 42 siswa.

Indikator terjadinya peningkatan motivasi belajar siswa direpresentasikan dengan tingkat antusiasme siswa mengikuti pelajaran, tingkat kehadiran, dan keaktifan siswa dalam proses pembelajajaran. Atau hasil angket siswa menyatakan termotivasi mencapai 75%. Jika dalam beberapa siklus telah terjadi hal tersebut, maka tindakan penelitian bisa disudahi. Dalam setiap siklus waktu yang digunakan adalah 90 menit atau 2 jam pelajaran.

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

Setelah dilakukan refleksi pada setiap siklus terhadap hasil angket dapat diketahui ternyata tingkat keinginan atau motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran kimia di kelas XII IPA-1 SMA Negeri Megamendung Kabupaten Bogor menunjukkan tingkat antusiamenya tinggi. Sungguh sesuatu hal yang diluar espektasi (perkiraan) peneliti. Hal ini dapat dilihat dari tingkat ketertarikan siswa dalam pembelajaran kimia dengan bantuan media pembelajaran berbasis ICT, pada siklus pertama hasil angket Skala Motivasi Siswa 41 dari 42 siswa atau 97,62% merasa senang, dan 76,19% merasa termotivasi. Selanjutnya pada siklus kedua dan ketiga selalu meningkat secara signifikan.

Tingkat minat/motivasi siswa mencapai rata-rata 85.72%, tingkat ketertarikan siswa pada pelajaran kimia mencapai rata-rata 84.92%, dan tingkat kesenangan siswa pada pembelajran kimia dengan memanfaatkan media berbasis ICT mencapai 99.21% . Lengkapnya terlihat pada table berikut.

Tabel Prosentase Respon Siswa Hasil Angket Motivasi Belajar

Pernyataan

Saya senang pembelajaran kimia dengan bantuan media berbasis ICT

Dengan bantuan media berbasis ICT pelajaran kimia menjadi lebih menarik

Dengan bantuan media berbasis ICT menambah minat/motivasi saya belajar kimia

Siklus I

97.62%

69.05%

76.19%

Siklus II

100%

90.47%

88.10%

Siklus III

100%

95.23%

92.86%

Rata-Rata

99.21%

84.92%

85.72%

∆*

2.38%

21.42%

11.91%

∆**

0% (maksimum)

4.76%

4.76%

∆* peningkatan dari siklus I ke siklus II

∆** peningkatan dari siklus II ke siklus III

Di sisi lain pernyataan siswa tentang ”pelajaran kimia sangat sulit” dan pernyataan “pelajaran kimia kurang menarik” semakin menurun.

Tabel Prosentase Respon Siswa Hasil Angket Motivasi Belajar

Pernyataan

Pelajaran kimia bagi saya sangat sulit

Pelajaran kimia bagi saya kurang menarik

Pelajaran kimia bagi saya sulit dipahami

Siklus I

30.00%

26.19%

26.19%

Siklus II

26.19%

9.52%

19.05%

Siklus III

23.81%

7.14%

16.67%

Rata-Rata

26.67%

14.28%

20.63%

∆*

3.81%

16.67%

7.14%

∆**

2.38%

2.38%

2.38%

∆* penurunan dari siklus I ke siklus II

∆** penurunan dari siklus II ke siklus III

Interpretasi Hasil Analisa

Peneliti melakukan proses pembelajaran kimia dengan memanfaatkan media pembelajaran berbasis ICT dengan tujuan meningkatkan minat/motivasi siswa belajar kimia. Merujuk pada hasil analisa data, maka kriteria keberhasilan telah tercapai dan , melampau target, yaitu pemanfaatan media berbasis ICT menambah minat/motivasi siswa belajar kimia mencapai rata-rata 85.72%. Memperhatikan tingkat “senang” pembelajaran kimia dengan bantuan media berbasis ICT oleh siswa sungguh diluar perkiraan peneliti yaitu mencapai rata-rata 99.21%.

Dengan perolehan data demikian, peneliti bersama observer menyepakati bahwa penelitian tindakan kelas telah berhasil dengan baik dan dihentikan sampai pada siklus III.

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Kesimpulan

Dari data-data yang diperoleh di atas telah terjadi peningkatan motivasi siswa mengikuti pelajaran kimia pada kelas XII IPA-1 SMA Negeri 1 Megamendung, yaitu pada siklus I ke siklus II sebesar 76.19% menjadi 88.10% (peningkatan 11.91%) dan pada siklus II ke siklus III sebesar 88.10% menjadi 92.86% (peningkatan 4.76%). Peningkatan motivasi tersebut sangat dipengaruhi oleh penggunaan media pembelajaran berbasis ICT yang selalu digunakan oleh peneliti di setiap pembelajarannya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa sebuah penelitian tindakan kelas tentang pemanfaatan media pembelajaran berbasis ICT telah mampu meningkatkan motivasi siswa belajar kimia pada kelas XII IPA-1 SMA Negeri 1 Megamendung.

Implikasi

Implikasi penerapan pembelajaran bagi guru yang penting adalah adanya kemauan pada diri guru untuk mencoba teknologi yang semakin berkembang. Dengan memanfaatkan media pembelajaran berbasis ICT akan menambah minat belajar siswa terhadap suatu mata pelajaran. Dari sisi tingkat pemahaman siswa, penggunaan media pembelajaran yang mutakhir juga sangat membantu siswa mudah memahami suatu materi pembelajaran. Hal ini dikarenakan sesuatu yang sulit digambarkan atau dibayangkan bisa divisualisasikan dengan jelas dan atraktif. Guru harus mampu memanfaatkan kemajuan teknologi dan selalu mengikuti perkembangannya sehingga profesionalisme guru benar-benar terwujud.

Di era globaslisasi tersedia banyak sarana atau media yang dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi ajar sehingga proses pembelajaran lebih efektif, efisien dan menarik. Guru dituntut lebih kreatif, dan inovatif memilih media pembelajaran yang sesuai dengan materi ajarnya. Hal ini tidak terlalu sulit dengan semakin memasyaraktnya jaringan internet ke lapisan masyarakat. Guru yang tidak mampu atau tidak mau mengikuti kemajuan teknologi akan tertinggal oleh muridnya sendiri yang selalu mengikuti kemajuan teknologi.

Teknologi informasi telah mempengaruhi pola pikir dan pola sikap masyarakat, termasuk siswa. Guru sebagai agen pembaharuan sudah selayaknya mengikuti teknologi tersebut dalam proses pembelajaran.

Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi tersebut maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi lingkungan departemen atau dinas pendidikan untuk bisa memberikan kebijakan kearah kemudahan guru untuk mengakses berbagai informasi, dan kemudahan meningkatkan kompetensi guru

2. Bagi lingkungan sekolah kiranya dapat menyediakan sarana pembelajaran yang memadahi dan sesuai dengan perkembangan teknolgi

3. Bagi guru harus selalu berinovasi dalam metode pembelajaran dan pemanfaatan media pembelajaran sehingga siswa tetap antusias menngikuti proses belajar mengajar

4. Bagi peneliti sebagai sarana untuk selalu memperbaiki diri sendiri dalam meningkatkan kompetensinya sebagai guru profesional.

Semoga penelitian ini dapat memmberikan semangat bagi para pendidik khususnya guru kimia.

Daftar Pustaka

Syukur Fatah NC, Teknologi Pendidikan, Rasail,Semarang, 2008

Mark K.Smiith,dkk, Teori Pembelajaran & Pengajaran, Mirza Media Pustaka, Yogyakarta, 2009.

Suharjono, Penelitian Tindakan Kelas & Tindakan Sekolah, Cakrawala Indonesia bekerjasama LP3 UM, 2009

Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 2006.

Arif S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan, Pengembangan dan Pemanfaatannya, Raja Grafindo, Jakarta, 1996.

Asnawir, Usman M.Basyiruddin, Media Pembelajaran, Ciputat Press, Jakarta, 2002.

Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996.

AECT, Definisi Teknologi Pendidikan, PAU-UT dan CV.Rajawali, Jakarta, 1986.

Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, Apollo, Surabaya, 1997

M. Sobry Sutikno, “Peran Guru Dalam Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa” dalam artikel di http://www.sobrycenter.com/sobry/artikel, 1 Desember 2009, 21:17 PM

Sudrajat Akhmad, “Teori-Teori Motivasi” dalam artikel di http://www.psb-psma.org/content/blog/teori-teori-motivasi, 2 Desember 2009, 19:47 PM

Ismail Aeran, “Pemanfaatan ICT di Pembelajaran”, makalah disampaikan pada Seminar Pembelajaran Sekolah, Jakarta 5 Desember 2009

Oktarianti Dita, “Motivasi Belajar Dan Upaya Peningkatannya” dalam makalahnya di http://oktariantiyahoo.blogspot.com, 6 Desember 2009, 22:07 PM

Arief S Sadiman, “Pemanfaatan Media Berbasis ICT Terhadap Pembelajaran Di Sekolah” dalam artikelnya di http://ictcommunity.multiply.com, 6 Desember 2009, 22:47 PM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar