Powered By Blogger

Senin, 26 April 2010

हटी-हटी PENIPUAN


PT . MICO GRAHA PAVINDO

Malam itu, Kamis 22 April 2010 sepulang dari sholat Maghrib di Masjid tepat di jalan raya depan rumah ada sebungkus dokumen penting dalam amplop dan terbungkus rapi dengan plastic tercecer. Merasa penasaran Document Penting dengan No.REG 477545342415 milik PT. PT . MICO GRAHA PAVINDO dengan Alamat Jln. Kertajaya Indah 14 C-9 Surabaya –Jatim 60547 No. Telp/HP: 031-3131177 – 0812 8066 6547 kami buka bersama dengan istri dan anak-anak. Lumayan kaget juga melihat di dalam amplop ada dua dokumen penting + (plus) Cek BCA dengan Nominal RP. 2.700.000.000 (Dua Miliar tujuh ratus ribu rupiah).

Dokumen I.

SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP)-BESAR

Nomor : 001080 /1.824.271

1. Nama Perusahaan : PT . MICO GRAHA PAVINDO

2. Merk (milik sendiri/lisensi) : LUKMASONO TRI SARJONO

3. Alamat Perusahaan : Jln. Kertajaya Indah 14 C-9 Surabaya –Jatim 60547

No. Telp/HP: 031-3131177 – 0812 8066 6547

4. Nama Pemilik/Penanggung Jawab : LUKMASONO TRI SARJONO-Presiden Direktur

5. Alamat Pemilik/ Penanggung jawab : Jl. Raya Darmo Indah SS-99 Surabaya 60472

6. Nilai Modal dan Kekayaan Bersih : Rp. 20.000.000.000,-

7. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) : 01.839.648.7.076.000

8. Kegiatan Usaha : Perdagangan Barang dan Jasa

9. Kelembagaan : Distributor, Eksportir, Importir

10. Bidang Usaha (sesuai KBLI 2000) : 51500,51800, 70201

11. Jenis Barang/ Jasa Dagang Utama : Alat Konstruksi, Alat Teknik /Mekanikal/ Elektrikal/ Telekomunikasi, Rumah/Gedung, Jasa Pengelolaan Gedung

DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDANGAN

PROPINSI JAWA TIMUR

Kepala

(ditanda tangani)

SOEHARSONO, SE , MM

NIP 070022934

Dokumen II. SURAT KETERANGAN TANAH yang dikeluarkan BADAN PERTANAHAN NASIONAL Kabupaten Manokwari yang menjelaskan bahwa tanah tersebut milik

Nama : Drs.A. LESNUSSA, MM

Jabatan : Sekretaris Daerah Kabupaten Manokwari

Alamat : Jl. S. CondroNegoro, SH- Manokwari

Keperluan : Investasi.

Selanjutnya sambil bergurau kite ceritakan ke anak-anak, wah kite dapet rezeki gede nich dari Allah, ngalahkan rezekinya Gayus. Pulang sholat dianter duit 2,7 miliar tanpa susah payah.

Alhamdulillah kite sudah terbiasa diajarkan oleh orang tua kite “ Ojo Kagetan, Ojo Gumunan”

Berdasarkan nomor HP yang tertera disitu kita sampaikan konfirmasi lewat SMS tentang dokumenn yang tercecer tersebut.

Sambil memastikan bahwa PT . MICO GRAHA PAVINDO itu benar adanya, kite coba nanya ke Mbah Google, jawaban mbah Goog sama persis kejadian di tempat lain.

Gak lama kemudian dapat jawaban dari No HP yang ada di dokumen (0812 8066 6547) yang berbunyi “ Sekiranya penyampaian anda benar, kami atas nama perusahaan ucapkan terima kasih, dan juga kami bersedia memberikan kompensasi UANG Tunai Rp. 75 Juta kepada saudara, namun tentunya kami mesti cek dulu kebenarannya, jadi harap saudara SMS-kan NO.REG yang tertera di luar amplop dan NPWP yang ada pada SIUP untuk kami sesuaikan.

Lalu kite balas: “Sayang, kami dah dapet jawaban dari Mbah Google, semoga anda segera mendapat LAKNATULLAH, Amin”.

Abis itu gak ada dah konfirmasi lanjutan.

Hikamah yang bisa kite ajarkan ke anak-anak adalah “Ojo Kagetan, Ojo Gumunan” , jangan terlalu terkejut , terlalu sedih,terlalu silau, terlalu gembira bila kita mendapat musibah, cobaan atau mendapat kebahagiaan, kesenangan dunia. Karena mungkin itu ujian Allah pada kite, maka semuanya kite kembalikan kepada-Nya.

Slogan Keluarga Kite Pada Anak-anak di rumah, mengutip pesan Deddy Mizwar dalam film Alangkah Lucunya Negeri Ini “Pendidikan Itu Penting”

Kamis, 31 Desember 2009

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI PADA KELAS XI IPA2 SMAN 1 MEGAMENDUNG

Embang Mawati

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Biologi melalui pemanfaatan media berbasis teknologi informasi pada siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Megamendung. Dari hasil penelitian didapat kesimpulan adanya peningkatan yang signifikan. Pada siklus I ke siklus II pembelajaran dengan penggunaan media berbasis teknologi dan informasi meningkat dari 65,70 % menjadi 79,17 %, dari siklus II ke siklus III naik menjadi 86,46 % sedangkan hasil belajar siswa meningkat dari siklus I sebesar 64,28 % menjadi 71,43 % pada siklus II dan akhirnya mencapai 76,19 % pada siklus III.

Kata kunci : Hasil belajar, media, teknologi informasi

PENDAHULUAN

Hal yang paling disorot pada peningkatan kualitas pendidikan salah satu diantaranya yang paling mendasar adalah hasil uji kompetensi lulusan suatu sekolah yang tentunya diawali dari hasil uji kompetensi siswa pada jenjang dibawahnya. . Hasil belajar siswa menjadi hal yang ikut menentukan dalam keberhasilan guru dalam kegiatan belajar dan mengajarnya, dimana cara belajar siswa sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam pencapaian itu. Oleh karena itu perlu dicari berbagai kiat dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan. ketrampilan dan sikap (Winkel,1999,53). Proses belajar dapat melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Pada belajar kognitif, prosesnya mengakibatkan perubahan kemampuan berpikir (cognitive), pada belajar afektif mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan merasakan (affective) sedang belajar psikomotorik memberikan hasil belajar berupa ketrampilan (psikomotoric). Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar.

Proses pengajaran merupakan sebuah aktivitas sadar untuk membuat siswa belajar. Proses sadar mengandung implikasi bahwa pengajaran merupakan sebuah proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran. Dalam konteks ini maka hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran menjadi hasil belajar potensial yang akan dicapai oleh anak melalui kegiatan belajarnya.

Di SMA Negeri 1 Megamendung Kabupaten Bogor,jurusan IPA pada kelas XI masih diminati oleh kalangan siswa untuk memasukinya yang tentunya atas dorongan orang tua mereka dengan didasari keinginan jangka panjang anaknya ke arah cita-cita mereka ke depan. Tapi pada kenyataannya beberapa tahun ke belakang, kualitas/kemampuan siswa kelas XI jurusan IPA pada hampir semua mata pelajaran ke-IPA-annya termasuk Biologi menunjukkan hasil yang sangat mengecewakan. Ini ditandai dari hasil belajar siswa jauh dari hasil memuaskan.

Guru sudah sering berusaha memotivasi siswa agar lebih belajar dengan baik supaya hasil belajar pada setiap materinya menunjukkan peningkatan secara signifikan. Guru bahkan sering meminta tanggung jawab siswa dalam perolehan hasil belajar yang dicapainya harus sejalan dengan minat mereka terhadap jurusan IPA yang dipilihnya.

Harus diakui rendahnya hasil belajar siswa ada dua sisi yang saling mengait di dalamnya. Dari sisi siswa kurang seriusnya siswa dalam memperhatikan materi ajar yang diberikan guru. Sumber bacaan yang minim yang dimiliki siswa bisa juga menjadi penyebab ketidakmampuan siswa dalam berinteraksi dengan guru pada setiap kegiatan pembelajarannya. Atau bahkan rendahnya motivasi siswa itu sendiri dalam menyimak setiap materi yang diberikan guru.

Gejala-gejala yang muncul di atas terjadi karena selama ini guru kurang mampu memikat siswa dalam memperhatikan pelajarannya karena seringkali guru asyik bercerita tanpa memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya atau bahkan ditanya. Guru kurang melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajarannya. Guru bisa jadi membuat siswa menjadi pendengar yang baik yang nampak seperti mengerti padahal sesungguhnya banyak hal yang mereka tidak mengerti karena kepasifan mereka dalam setiap pembelajarannya. Hasil belajar siswa yang rendah bisa jadi akibat dari minimnya keterlibatan siswa dalam pembelajarannya. Siswa kurang diajak senang dengan materinya, siswa tidak diajak ikut merasakan pentingnya materi yang diberikan guru karena mungkin siswa lebih banyak diam dan guru menjadi terlalu dominan dalam setiap penampilannya.

Di samping itu rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh strategi penyampaian pelajaran kurang tepat. Dalam hal ini guru mungkin kurang atau tidak memanfaatkan sumber belajar secara optimal. Diantaranya guru dalam menyampaikan pengajaran sering mengabaikan penggunaan media, padahal media itu berfungsi untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan pada gilirannya akan meningkatkan mutu pendidikan siswa. Selama ini guru cukup puas dengan penggunaan media pembelajaran konvensional seperti papan tulis, charta yang kadang dimata siswa kurang menarik lagi, yang pada akhirnya mengurangi motivasi siswa untuk memperhatikan pelajaran sehingga hasil belajarnya pun menjadi kurang memuaskan.

Penggunaan media merupakan salah satu komponen penting di dalam proses pembelajaran di sekolah. Penggunaan media dipandang penting oleh karena membantu pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran agar efektif dan fungsional, maka fungsi media pembelajaran sangat penting untuk dimanfaatkan. Pemakaian media dalam proses pembelajaran dimaksudkan untuk mempertinggi daya cerna siswa terhadap informasi atau materi pembelajaran yang diberikan.Oleh karena itu, penyiapan media pembelajaran menjadi salah satu tanggung jawab guru.

Teknologi baru terutama multimedia mempunyai peranan semakin penting dalam proses pembelajaran. Banyak orang percaya bahwa multimedia akan dapat membawa kepada situasi belajar dimana learning with effort akan dapat digantikan dengan learning with fun. Jadi proses pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, tidak membosankan akan menjadi pilihan tepat bagi para guru. Kehadiran media elektronik semisal komputer dengan fasilitas internetnya dan ditambah LCD untuk penayangannya, sebagai media belajar merangsang guru untuk lebih bisa memanfaatkanya sebagai sarana penunjang yang menarik. Dengan kemasan yang terarah, kehadiran media tersebut sangat membantu.

Bertitik tolak dari permasalahan di atas, penulis tertarik melakukan penelitian dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan kajian mengenai upaya meningkatkan hasil belajar biologi melalui pemanfaatan media berbasis teknologi informasi.

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN

KAJIAN TEORI

Belajar

Menurut Dahar (1988) belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati melalui kaitan antara stimulus dan respons menurut prinsip yang mekanistik. Sedangkan menurut Winkel (1999) belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Jadi belajar dapat diartikan sebagai interaksi antara stimulis dan respon yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,ketrampilan dan sikap.

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar yang berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuhan, manusia atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar. Belajar bersifat individual, oleh karena itu belajar berarti suatu keterlibatan langsung atau pemerolehan pengalaman individual yang unik. Belajar tidak terjadi sekaligus tetapi akan berlangsung penuh pengulangan berkali-kali, berkesinambungan, tanpa henti. (Mudjiono, 2006: 49)

Banyak teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan juga perbedaan. Dari berbagai teori belajar tersebut sepatutnya dijadikan pegangan dalam upaya pembelajaran., baik bagi siswa agar dapat meningkatkan hasil belajarnya (adanya prestasi belajar) maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan mengajamya. Teori-teori tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut:

1) Teori Belajar Behavioristik

Proses pembelajaran lebih menekankan pada pross pemberian stimulus (ransangan) dan rutinitas respon yang dilakukan oleh siswa. Inti pembelajaran dalam pandangan behavioristik terletak pada stimylus-respons (S-R). tokoh pengikut aliran behavioristik, antara lain:(a) Teori Belajar Thorndike (b) Teori Belajar Watson (c) Teori Belajar Clark Hull (d) Teori Belajar Skinner

2) Teori Belajar Kognitif

Belajar atau pembelajaran adalah suatu proses yang lebih menitikberatkan proses membangun ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan aspek-aspek yang bersifat intelektual lainnya, tokoh penganutnya antara lain: (a) Teori Perkembangan Piaget (b) Teori Belajar Bruner

3) Teori Kontruksivisme

Belajar adalah proses untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan, artinya siswa akan cepat memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu dibangun atas dasar realitas yang ada di dalam masyarakat.

4) Teori Humanistik

Dalam pelaksanaannya, teori ini tampak dalam pendekatan belajar bermakna atau ‘Meaningful Learning’. Tokoh-tokoh penganut aliran humanistic, diantaranya:(a)Teori Belajar Kolb (b) Teori Belajar Honey dan Mumford (c) Teori Belajar Habermas (c) Teori Bloom

Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya,yaitu ‘hasil’ dan ‘belajar’. Pengertian hasil (product) menunjukkan suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Dalam kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah perilakunya dibanding sebelumnya.(Purwanto, 2009: 44)

Hasil belajar adalah perwujudan kemampuan akibat perubahan perilaku yang dilakukan oleh usaha pendidikan. Kemampuan menyangkut domain kognitif, afektif dan psikomotorik. yaitu: (1) domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika – matematika), (2) domain afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan intrapribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional), dan (3) domain psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musical.

(http://akhmadsudrajat.wordpress.com)

Hasil belajar atau perubahan perilaku yang menimbulkan kemampuan dapat berupa hasil utama pengajaran (instructional effect) maupun hasil sampingan pengiring (nurturant effect). Hasil utama pengajaran adalah kemampuan hasil belajar yang memang direncanakan untuk diwujudkan dalam kurikulum dan tujuan pembelajaran. Sedangkan hasil pengiring adalah hasil belajar yang dicapai namun tidak direncanakan untuk dicapai, misalnya setelah mengikuti pelajaran siswa menyukai pelajaran biologi yang semula tidak disukai karena siswa senang dengan cara mengajar guru. (Purwanto, 2009: 49)

Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. (Purwanto, 2009: 25)

Media Pembelajaran

Arief Sadiman (1984 : 6) menyatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan serta meransang siswa untuk belajar seperti film, buku dan kaset. Sedangkan RE Clarck (1996 : 62) mengungkapkan bahwa “The of media to encourage student to invest more afford in along history”. Pengertian umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi.

Media adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan. Media menurut pengertian kamus adalah alat, sarana komunikasi, penghubung, atau yang terletak di antara dua pihak (orang, golongan, dsb). Sedangkan Gagne mengartikan media sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar. Briggs mengartikan media sebagai alat untuk memberikan perangsang bagi siswa agar terjadi proses belajar. Jadi media adalah alat/komponen dalam lingkungan siswa yang dapat menyalurkan pesan sehingga mampu merangsang siswa untuk terjadinya proses belajar.(http://ardianimustikasari.blogspot.com).

Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal-hal tertentu bisa mewakili guru menyajiakan informasi belajar kepada siswa. Jika program media itu didesain dan dikembangkan secara baik, maka fungsi itu akan dapat diperankan oleh media meskipun tanpa keberadaan guru. (http://ardianimustikasari.blogspot.com).

Hingga saat ini, istilah media pembelajaran telah banyak diartikan oleh pakar pendidikan menurut cara dan sudut pandangnya masing-masing. Pengertian yang paling umum di antaranya dikemukakan oleh E. De Corte, yaitu “Suatu sarana nonpersonal (bukan manusia) yang digunakan atau disediakan oleh tenaga pengajar, yang memegang peranan dalam proses belajar-mengajar, untuk mencapai tujuan instruksional”, (Winkel, 1989: 187). Oemar Hamalik (1982: 23) dengan menggunakan istilah media pendidikan mengartikannya sebagai alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dengan peserta didik dalam proses pendidikan di sekolah. Pengertian ini secara eksplisit menyatakan bahwa peran media dalam proses pembelajaran membawa pengaruh terhadap pencapaian hasil pembelajaran. Kemudian, positif-tidaknya pengaruh media tersebut menurut Winkel bergantung pada kesesuaian media yang dipilih dengan tujuan instruksional khusus, materi pelajaran, prosedur didaktik, serta sifat dan kecenderungan peserta didik, (Winkel, 1989: 189).

Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi

Perkembangan teknologi dengan berbagai produk mutakhirnya, sangat kuat dalam memberikan warna pada berbagai sektor termasuk dunia pendidikan. Maraknya paket program yang disusun oleh ahli komputer yang dengan inovasinya mengangkat materi pembelajaran ke dalam perangkat lunak memberikan nuansa bagi guru mata pelajaran (mapel) yang cukup membantu mereka dalam proses belajar mengajar. Siswa dipercaya untuk belajar melalui tata cara menyimak tayangan di layar monitor atau mungkin menggunakan sarana lain berupa LCD. (http://tatihartati blogspot.com)

Sejalan dengan itu, meluasnya kemajuan bidang komunikasi dan teknologi serta tingginya dinamika dalam dunia pendidikan semakin meluas pula tuntutan dan peluang penggunaan media yang lebih maju dan bervariasi di dalam proses pembelajaran. Terutama, dengan semakin berkembangnya teknologi komputer, berbagai kemungkinan dan kemudahan ditawarkan di dalam upaya memberi solusi terhadap berbagai masalah pembelajaran, terlebih untuk pengembangan media.

Teknologi komputer menawarkan berbagai kemungkinan dan kemudahan menghasilkan dan mengolah audio-visual sehingga pembuatan media pembelajaran yang lebih maju dan variatif dapat dilakukan. Internet dengan kompleksitas suguhan dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran di kelas. Dengan sedikit arahan, guru bisa meminta siswanya untuk membuka situs tertentu yang berkaitan dengan materi ajarnya. Kegiatan ini memberikan warna tersendiri bagi perkembangan dunia pendidikan.

(hhtp://teknologipendidikan.wordpress.com)

Microsoft mengembangkan salah satu program (software) yang dapat digunakan sebagai perangkat untuk mempresentasikan materi kepada audiens, termasuk di dalam proses pembelajaran di sekolah, yakni Microsoft Power Point. Program ini selain untuk presentasi, juga menyediakan berbagai fasilitas untuk berkreasi, mengolah, dan mengimput file audio maupun visual. Keterbatasannya di dalam berkreasi dan mengolah audio-visual dapat diselesaikan dengan mengintegrasikan dengan program-program lain. Hasil kreasi dan olahan dari program lain kemudian diinput ke dalam program ini untuk diolah dan dipresentasikan. (http://sukarman blogspot.com).

Aplikasi Power Point menyediakan fasilitas slide untuk menampung pokok-pokok pembicaraan yang akan disampaikan pada peserta didik. Dengan fasilitas animasi, suatu slide dapat dimodifikasi dengan menarik. Begitu juga dengan adanya fasilitas : front picture, sound dan effect dapat dipakai untuk membuat suatu slide yang bagus. Bila produk slide ini disajikan, maka para pendengar dapat ditarik perhatiannya untuk menerima apa yang kita sampaikan kepada peserta didik. (http://researchengines.com)

Kerangka Berpikir

Untuk mendapatkan perubahan-perubahan dalam proses pembelajaran kiranya perlu diperhatikan prinsip-prinsip yang berkaitan pada dimensi program pembelajaran, diantaranya:(1) pemilihan dan penggunaan berbagai metode dan media (2) Penentuan metode dan media.

Berkaitan dengan efisien dan efektifitas penggunaan media pembelajaran tersebut, maka penggunaan media pembelajaran seperti papan tulis, charta, tabel –tabel dan gambar poster yang bersifat statis dirasa sudah kurang relevan atau kurang menarik. Artinya guru diharapkan lebih innovative memanfaatkan media pembelajaran yang lebih modern, mangkus (canggih) yang relevan dengan era saat ini. Misalnya dengan memanfaatkan media pembelajaran yang berbasis teknologi informasi. Guru yang professional harus mampu menyelaraskan antara media pembelajaran dengan metode dan strategi pembelajaran. Sehingga informasi yang disampaikan guru dapat diterima siswa dengan baik.

Jika seorang guru mengajar menggunakan computer/laptop ditambah bantuan proyektor maka media tersebut sudah sangat memadai. Dengan memanfaatkan fasilitas yang terdapat di dalamnya hampir semua kebutuhan seorang guru untuk menyampaikan materi pembelajaran dengan kemudahannya dapat terlayani. Gambar atau tabel dan sejenisnya yang biasanya ditampilkan di depan kelas (ditempel di papan tulis) dapat ditampilkan lebih jelas dan menarik dengan bantuan computer dan proyektor.

Di dalam laptop juga dilengkapi video jika diperlukan untuk memutar film atau rekaman peristiwa yang telah terjadi. Dengan memanfaatkan fasilitas video tersebut guru bisa mengatur sesuai keperluan, benda (partikel) kecil yang kurang jelas strukturnya dapat diperjelas dengan pembesaran (zoom), peristiwa yang berlangsung cepat dapat diperlambat, atau sebaliknya proses yang berlangsung lama (misalnya perubahan kepompong menjadi ulat, perkaratan besi, dll) untuk menghemat waktu dapat diputar cepat.

Oleh karena itu penulis dalam pada pelaksanaan pembelajarannya akan lebih banyak memanfaatkan jenis media computer dan program-program aplikasinya yang ditayangkan dengan bantuan proyektor.

Hipotesa Tindakan

Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir yang dikemukakan pada bagian sebelumnya, maka dapat diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut : “Jika proses pembelajaran biologi dilaksanakan dengan memanfaatkan media pembelajran berbasis teknologi dan informasi maka dapat diduga hasil belajar siswa akan meningkat”.

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat pelaksanaan penelitian ini di kelas XI IPA2 SMAN 1 Megamendung yang berlokasi di Jalan Pasirkaliki Rt.02/01 Sukamaju, Megamendung Kabupaten Bogor. Penelitian dilaksanakan mulai awal tahun pelajaran 2009/2010 yaitu pertengahan bulan Juli 2009 sampai pertengahan Bulan September 2009 atau diperkirakan 2 bulan.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan model siklus (putaran/spiral) menurut Kemmis dan Taggart. Dalam pelaksanaannya Kemmis menggunakan system spral refleksial refleksi diri yang dimulai dengan tahap rencana (planning), tahap tindakan (action), tahap pengamatan (observe)., tahap refleksi.Disain intervensi tindakan atau rancangan siklus penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Taggart. Adapun prosedur kerja dalam penelitiannya pada dasarnya merupakan suatu siklus yang meliputi tahap-tahap : (a) Perencanaan (planning); (b) Tindakan (action); (c) Pengamatan (observing); dan (d) Refleksi (reflection), dari terselesainya refleksi kemudian dilanjutkan dengan perencanaan kembali. Berdasarkan langkah pada siklus pertama tersebut kemudian disusun sebuah modifikasi yang diaktualisasikan dalam bentuk rangkaian tindakan dan pengamatan lagi sehingga membentuk sebuah siklus. Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan beberapa siklus sesuai dengan tingkat ketercapaian yang ditetapkan. Apabila tingkat ketercapaian pada siklus sebelumnya telah melampaui target yang ditetapkan maka peneliti bisa menghentikan tindakan.Dengan demikian penelitian dianggap berhasil dan selesai.

Penelitian ini menggunakan sampel seluruh siswa kelas XI IPA-2 SMA Negeri 1 Megamendung tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 45 siswa. Kepala sekolah sebagai pimpinan yang memberikan izin tempat penelitian, teman sejawat sebagai observer dan memberikan masukan refleksi pelaksanaan tindakan dan yang mengarahkan, memperbaiki, memberikan masukan segala hal yang berkaitan dengan penelitian ini.

Instrumen penelitian meliputi (a) Lembar observasi, yaitu lembar yang digunakan untuk mencatat hasil pengamatan proses pembelajaran yang meliputi aktivitas siswa dan guru, (b) Tes Hasil Belajar yang digunakan sebagai alat untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan ada beberapa hal yang ditemukan pada pelaksanaan tindakan baik pada pertemuan pertama maupun pertemuan kelima dalam siklus I, diantaranya masih ada siswa yang mengantuk atau bergurau dalam pembelajaran, sehingga perlu ada perbaikan dari guru untuk menarik perhatian/konsentrasi siswa misalnya harus lebih variatif lagi antara tayangan dan penjelasan.

Hasil tes siswa pada siklus I baru mencapai 64,38 % sedangkan dari pengamatan pemantau tindakan baru mencapai 65,63 % sehingga belum memenuhi target yang diharapkan maka perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan ada beberapa hal yang ditemukan pada pelaksanaan tindakan pada pertemuan pertama sampai ketiga dalam siklus II.diantaranya sebagian siswa sudah mampu menyimak dengan baik antara tayangan dan penjelasan guru untuk itu perlu lebih dari guru pada siswa berkenaan dengan efektifitas penayangan power point.

Berdasarkan refleksi tersebut ,hasil tes siswa pada siklus II baru mencapai 71,43 % sedangkan dari pengamatan pemantau tindakan baru mencapai 79.19 % sehingga belum memenuhi target yang diharapkan maka perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada refleksi siklus II sudah terlaksana dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari (1) siswa semakin aktif dalam proses pembelajaran, (2) proses pembelajaran menarik dan menyenangkan bagi siswa dengan adanya tampilan-tampilan konkret di layar proyektor, (3) terjadinya komunikasi multi arah antara guru dan siswa, (4) Kegiatan pembelajaran yang mengarah pada penggunaan semua panca indera siswa.

Hasil penelitian kemampuan hasil belajar siswa pada siklus III ini adalah 76,19 % sedangkan pemantau tindakan mencapai 86,46 %. Dengan demikian pada siklus III ini sudah mencapai target yang diharapkan sehingga penelitian dapat dihentikan.

Tabel 25. Data hasil belajar siswa pada ketiga siklus

No.

Jenis data

Jumlah

siswa yang

mencapai nilai KKM

Prosentase

Ket

1.

Siklus I

27

64,28 %

2.

Siklus II

30

71,43 %

3.

Siklus III

32

76,19 %

Tabel 26. Data Hasil instrument pemantau tindakan pada ketiga siklus

No

Jenis data

Skor/pertemuan

Prosentase

Rata-rata/siklus

Ket

1.

Siklus I

Pert I = 30

Pert 5 = 33

62,50 %

68,75 %

65,63 %

2.

Siklus II

Pert 1 = 36

Pert 3 = 40

75,00 %

83,33 %

79,17 %

3.

Siklus III

Pert 1 = 41

Pert 3 = 42

85,42 %

87,50 %

86,46 %

Berdasarkan data ketiga siklus tersebut, kemampuan hasil belajar siswa pada setiap siklus menunjukkan adanya peningkatan yang cukup baik. Pada siklus III ini rata-rata tingkat keefektifan pembelajaran dengan penggunaan media berbasis teknologi dan informasi mencapai 86,46 % dan rata-rata hasil kemampuan belajar siswa mencapai 76,19 %. Berdasarkan hasil tersebut terdapat korelasi antara kefektifan penggunaan media berbasis teknologi dan informasi dengan hasil kemampuan belajar siswa yang dicapai.

Berdasarkan analisis data dari masing-masing siklus pada tabel di atas, maka kemampuan hasil belajar siswa pada setiap siklus menunjukkan adanya peningkatan yang cukup baik. Oleh karena itu peneliti menghentikan pemberian tindakan kelas.


Berdasarkan diagram di atas bahwa hasil belajar siswa yang mencapai nilai KKM dengan penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi dan informasi di kelas XI IPA SMAN 1 Megamendung Bogor mengalami peningkatan. Siklus I hanya mencapai 64,28 % , siklus II naik menjadi 71,43 % sampai di siklus III mencapai 76,19 % dari yang ditargetkan yaitu 75 %. Jadi ada peningkatan rata-rata pada ketiga siklus mencapai 5,95 %. setiap siklus kemudian dibuat rata-rata setiap siklusnya. Contoh rata-rata siklus I diperoleh dari pertemuan 1 adalah 62,50 % dan pertemuan 2 adalah 68,75 %. Hasil dari dua pertemuan itu dibagi dua. Jadi rata-rata hasil pemantau tindakan di siklus I adalah 65,70 %. Demikian pula untuk dapat memperoleh rata-rata hasil pemantau tindakan pada siklus II dan siklus III.

Adapun peningkatan hasil belajar siswa selama 3 siklus dengan memantau aktivitas siswa melalui penggunaan media berbasis teknologi dan informasi dapat dilihat pada table berikut ini.

Tabel 27. Peningkatan hasil belajar siswa selama 3 siklus

No.

Data setiap siklus

Prosentase Hasil Belajar Siswa

Prosentase Pemantau Tindakan

Ket

1.

Siklus I

64,28 %

65,70 %

2.

Siklus II

71,43 %

79,17 %

3.

Siklus III

76,19 %

86,46 %

Menurut tabel di atas peningkatan hasil belajar siswa dari setiap siklusnya disebabkan semakin efektifnya proses pembelajaran melalui penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi dan informasi.


KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti menympulkan bahwa sebuah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) tentang penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi dan informasi merupakan alternative jawaban terhadap permasalahan yang selama ini dirasakan sebagai faktor penghambat pencapaian tujuan pembelajaran pendidikan IPA untuk mendapatkan hasil belajar siswa yang optimal khususnya pada pembelajaran biologi.

Hasil belajar siswa dapat meningkat apabila pembelajaran selalu diperbaiki dari kelemahan-kelemahan pembelajaran sebelumnya. Kelemahan yang observer temukan selalu diperbaiki sehingga hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada setiap siklusnya, seperti pada siklus I hasil belajar siswa baru mencapai 64,28 %

meningkat pada siklus II menjadi 71,43 % dan mengalami peningkatan lagi pada siklus III menjadi 76,19 % melampaui target yang diharapkan sebesar 75 %. Hasil belajar siswa tersebut diperoleh dengan tingkat efektifitas tindakan pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi dan informasi pada siklus I yang mencapai 65,70 % naik di siklus II menjadi 79,17 % dan siklus III sebesar 86,46 %. Dari hasil prosentase hasil belajar siswa dan pemantau tindakan pembelajaran dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi dan informasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada siswa kelas XI IPA2 SMAN 1 Megamendung Kabupaten Bogor.

Implikasi

Implikasi penerapan pembelajaran bagi guru yang penting adalah adanya perubahan ke arah inovasi kinerja guru yang lebih professional, perubahan paradigma lama ke paradigma baru (dari pembelajaran tradisional ke pembelajaran modern). Paradigma lama yang menekankan pada guru sebagai pusat segala informasi, yang alergi pada perubahan informasi, yang takut pada kemajuan teknologi sehingga pembelajaran dalam kelas berlangsung menjemukan, monoton dan terkesan sangat jauh dari menarik.

Saat ini guru harus dapat merubah peran dalam kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru bertindak sebagai fasilitator, mediator, pembimbing dan pengarah bagi keberhasilan siswa.

Implikasi lain dari penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi dan informasi adalah menuntut guru selalu up to date pada informasi selalu akan memacu guru untuk terus mencari informasi untuk menambah perbendaharaan wawasan agar tidak ketinggalan pada akhirnya. Di samping itu penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi dan informasi akan mendorong guru untuk terus meningkatkan ketrampilannya dalam mengoperasikan media elektronik tersebut agar tidak menghambat pada proses pembelajaran yang dilakukannya.

Bagi siswa penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi dan informasi jauh lebih menarik karena obyeknya lebih konkret, informasinya lebih up to date sekaligus dapat membandingkan teori dengan kenyataannya sehingga mempermudah siswa dalam pemahaman materi ajar yang diberikan guru yang akhirnya membantunya dalam pencapaian hasil belajarnya

Semua itu sangat bermanfaat bagi guru maupun siswa, maka perlu betul-betul dilaksanakan seperti yang peneliti paparkan.

Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi tersebut maka saran yang dapat peneliti berikan sebagai berikut :

1. Bagi lingkungan pendidikan bekali para guru tentang PTK yang lengkap dan jelas sehingga mereka berani dan mampu melakukan PTK ini untuk pengembangan profesinya.

2. Bagi guru itu sendiri harus mau dan mampu memperbaiki setiap pembelajaran yang dilakukannya. Kelemahan yang dialami merupakan bekal perbaikan untuk kualitas yang lebih baik di masa yang akan datang.

3. Bagi sekolah, sebagai masukan di dalam merencanakan, melaksanakan dan mengembangkan serta mengambil kebijakan terutama mengenai strategi, metode dan pendekatan yang tepat serta pengadaan sarana dan prasarana pembelajaran dalam menjaga keoptimalan pendidikan di lembaga tersebut.

4. Bagi peneliti sebagai sarana introspeksi diri dari pembelajaran yang selama ini telah dilakukan di dalam kelas. Semoga peneliti dapat memberI semangat bagi pendidik lainnya dan guru biologi pada khususnya untuk lebih memperdalam dan memperluas penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi dan informasi dalam setiap pembelajarannya.

DAFTAR PUSTAKA

UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas, 2003

Arikunto, Suharsimi (1995). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara

Dahar, Ratna Wilis (1988). Teori-teori Belajar, Jakarta : P2LPTK

Daryanto, (2001). Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta

Nurkancana, Wayan dan Sumartana, PPN (1986). Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Gunadarma

Winkel, WS (1999). Psikologi Pengajaran, Jakarta : PT. Grasindo

Purwanto (2009). Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Syukur, Fatah, Drs, M Ag (2008). Teknologi Pendidikan, Semarang: RaSail Media Group

Muchith, M Saekhan, M Pd (2008). Pembelajaran Kontekstual, Semarang: RaSail Media Group

Sadiman, Arief S, dkk (1996). Media Pendidikan, Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Oemar. Hamalik, Dr (1980).Media Pendidikan, Bandung: Alumni

Daryanto (2007).” Efektifitas Penggunaan Media Interaktif Berbantuan Komputer Untuk Meningkatkan Pembelajaran Kimia,” Jateng: Jurnal LPMP

Sudjana, Nana (1990) Penilaian Hasil Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sudrajat, Akhmad, Penilaian Hasil Belajar, http://akhmadsudrajat.wordpress.com 27 Agustus 2009

Hartati, Tati Multi Media Sebagai Media Pembelajaran”, http://tatihartati.blogspot.com 6 September 2009

Jelarwin, Dabutar Pengaruh Media Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Pengelasan Pada Siswa Berprestasi Tinggi dan Rendah di SMK 1 Trisakti Laguboti Kabupaten Toba Samosi”r, http://re-searchengines.com 5 September 2009

Mustikasari, Ardiani,”Mengenal Media Pembelajaran”, http://ardianimustikasari.blogspot.com 6 September 2009

Sukarman, “ Aplikasi Power Point 200”, http://sukarman.blogspot.com

5 September 2009

Sudono, Ari (2007), Efektifitas penggunaan multimedia interkatif dibandingkan media konvensional dalam pembelajaran kimia”, Jawa Tengah:Jurnal LPMP